Membatasi Diri ≠ Diskriminasi
Saya dan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)
Dengan adanya berita tentang kampus tempat saya menuntut ilmu menjadi sarang LGBT akhir-akhir ini, kemudian banyak hadirnya berbagai macam opini. Ada yang beranggapan, kebanyakan dari kelompok agamis, bahwa hadirnya kaum LGBT di dalam lingkungan sangat meresahkan dan mendukung pihak kampus untuk bertindak. Disisi lain ada juga yang berpikir sekuler, beranggapan hal tersebut menjadi urusan pribadi setiap individu. Karena perdebatan yang cukup seru akhirnya membuat saya untuk menulis opini ini.
LGBT sebenarnya ada sejak jaman dahulu kala, bahkan sebelum saya atau kalian yang hidup saat ini lahir. Saya sendiri pun mulai akrab dengan isu ini sejak saya duduk di bangku SMA. Cukup sering saya membaca artikel atau sekedar opini dari berbagai pihak. Baik pro ataupun kontra. Bahkan berdialog dengan orang luar ataupun dalam kelompok LGBT itu sendiri. di dunia nyata ataupun maya.
Saya masih ingat, saat saya baru menjadi seorang mahasiswa, dalam diskusi yang membahas LGBT pada kelas salah satu mata kuliah, saya cukup pro dan mengkritik adanya diskriminasi terhadap kaum tersebut. Sikap saya saat itu membuat beberapa orang akhirnya berpikir bahwa saya mendukung kehadiran mereka di tengah masyarakat sampai saat ini. Dan tidak dipungkiri melihat aneh terhadap saya bahkan sampai mengira saya juga bagian kelompok tersebut. Maka dari itu saya akan menjelaskan pandangan saya mengenai hal tersebut dan bagaimana sikap saya terhadap kelompok LGBT sendiri.
Berhubung dari ilmu yang saya pelajari menuntut saya untuk melihat suatu masalah secara holistik. Maka hal tersebut yang akhirnya berusaha saya lakukan terhadap permasalahan LGBT ini dan dalam menentukan sikap saya. Tentunya tanpa melupakan nilai-nilai budaya yang saya miliki.
Pada dasarnya jika melihat dari sudut pandang kemanusiaan, saya tetap berpendapat kaum LGBT mempunyai posisi dan hak yang sama dengan kita semua. Setiap orientasi seksual yang dimiliki semua orang adalah sama dan berhak mendapat kehidupan yang baik tanpa terkecuali. Saya sendiri mengenal beberapa orang yang dikatakan sebagai LGBT, dan saya sangat menghargai mereka sebagaimana saya menghargai manusia pada umumnya. Hubungan kami baik sebagai teman dan orientasi seksual mereka bukanlah menjadi hal yang mengharuskan saya membenci mereka. Karena bagi saya, setiap orang mempunyai pandangan dan kehidupan serta alasan yang bisa saja kita tidak mengerti.
Namun disisi lain, alasan tersebut tidak membuat saya lantas mendukung mereka begitu saja, saya menentang keras jika para LGBT tersebut memperluas jaringan mereka. Hal ini didukung salah satu faktor, dimana posisi saya adalah pemeluk agama Islam dan saya percaya dengan ajaran agama tersebut. Terlepas dari saya muslim yang taat atau tidak. Faktor lainnya karena saya beranggapan hal tersebut memang suatu bentuk penyimpangan.
Perlu diingat bahwa ketika bersikap baik bukan berarti seseorang mendukung dan tidak mempunyai batas. saya cukup membatasi diri saya dalam ranah personal terhadap LGBT dari apa yang saya yakini.
Intinya, saya hanya ingin mengatakan dari sikap yang saya ambil adalah seseorang boleh mempunyai pandangan dari apa yang dipercayai tetapi tidak membuat orang tersebut berhak untuk menghakimi dan melakukan diskriminasi pada pihak lain yang tidak sepaham. Bahwasannya saya juga percaya baik/buruknya seseorang tidak ditentukan oleh satu hal saja (dalam kasus ini adalah orientasi seksual). Sebagai manusia tentunya kita juga tidak sempurna sampai bisa menilai orang lain baik/buruk. Saya juga pahami orang diluar sana pastinya mempunyai alasan terhadap sikap dan pilihan mereka.
Dengan tulisan ini saya hanya ingin menyalurkan apa yang ada dipikiran saya dan semoga kita semua dapat bijaksana dalam hidup di dunia ini.
Dengan adanya berita tentang kampus tempat saya menuntut ilmu menjadi sarang LGBT akhir-akhir ini, kemudian banyak hadirnya berbagai macam opini. Ada yang beranggapan, kebanyakan dari kelompok agamis, bahwa hadirnya kaum LGBT di dalam lingkungan sangat meresahkan dan mendukung pihak kampus untuk bertindak. Disisi lain ada juga yang berpikir sekuler, beranggapan hal tersebut menjadi urusan pribadi setiap individu. Karena perdebatan yang cukup seru akhirnya membuat saya untuk menulis opini ini.
LGBT sebenarnya ada sejak jaman dahulu kala, bahkan sebelum saya atau kalian yang hidup saat ini lahir. Saya sendiri pun mulai akrab dengan isu ini sejak saya duduk di bangku SMA. Cukup sering saya membaca artikel atau sekedar opini dari berbagai pihak. Baik pro ataupun kontra. Bahkan berdialog dengan orang luar ataupun dalam kelompok LGBT itu sendiri. di dunia nyata ataupun maya.
Saya masih ingat, saat saya baru menjadi seorang mahasiswa, dalam diskusi yang membahas LGBT pada kelas salah satu mata kuliah, saya cukup pro dan mengkritik adanya diskriminasi terhadap kaum tersebut. Sikap saya saat itu membuat beberapa orang akhirnya berpikir bahwa saya mendukung kehadiran mereka di tengah masyarakat sampai saat ini. Dan tidak dipungkiri melihat aneh terhadap saya bahkan sampai mengira saya juga bagian kelompok tersebut. Maka dari itu saya akan menjelaskan pandangan saya mengenai hal tersebut dan bagaimana sikap saya terhadap kelompok LGBT sendiri.
Berhubung dari ilmu yang saya pelajari menuntut saya untuk melihat suatu masalah secara holistik. Maka hal tersebut yang akhirnya berusaha saya lakukan terhadap permasalahan LGBT ini dan dalam menentukan sikap saya. Tentunya tanpa melupakan nilai-nilai budaya yang saya miliki.
Pada dasarnya jika melihat dari sudut pandang kemanusiaan, saya tetap berpendapat kaum LGBT mempunyai posisi dan hak yang sama dengan kita semua. Setiap orientasi seksual yang dimiliki semua orang adalah sama dan berhak mendapat kehidupan yang baik tanpa terkecuali. Saya sendiri mengenal beberapa orang yang dikatakan sebagai LGBT, dan saya sangat menghargai mereka sebagaimana saya menghargai manusia pada umumnya. Hubungan kami baik sebagai teman dan orientasi seksual mereka bukanlah menjadi hal yang mengharuskan saya membenci mereka. Karena bagi saya, setiap orang mempunyai pandangan dan kehidupan serta alasan yang bisa saja kita tidak mengerti.
Namun disisi lain, alasan tersebut tidak membuat saya lantas mendukung mereka begitu saja, saya menentang keras jika para LGBT tersebut memperluas jaringan mereka. Hal ini didukung salah satu faktor, dimana posisi saya adalah pemeluk agama Islam dan saya percaya dengan ajaran agama tersebut. Terlepas dari saya muslim yang taat atau tidak. Faktor lainnya karena saya beranggapan hal tersebut memang suatu bentuk penyimpangan.
Perlu diingat bahwa ketika bersikap baik bukan berarti seseorang mendukung dan tidak mempunyai batas. saya cukup membatasi diri saya dalam ranah personal terhadap LGBT dari apa yang saya yakini.
Intinya, saya hanya ingin mengatakan dari sikap yang saya ambil adalah seseorang boleh mempunyai pandangan dari apa yang dipercayai tetapi tidak membuat orang tersebut berhak untuk menghakimi dan melakukan diskriminasi pada pihak lain yang tidak sepaham. Bahwasannya saya juga percaya baik/buruknya seseorang tidak ditentukan oleh satu hal saja (dalam kasus ini adalah orientasi seksual). Sebagai manusia tentunya kita juga tidak sempurna sampai bisa menilai orang lain baik/buruk. Saya juga pahami orang diluar sana pastinya mempunyai alasan terhadap sikap dan pilihan mereka.
Dengan tulisan ini saya hanya ingin menyalurkan apa yang ada dipikiran saya dan semoga kita semua dapat bijaksana dalam hidup di dunia ini.
Komentar
Posting Komentar