Perempuan, Laki-laki, dan Feminisme
Banyak orang memahami bahwa Feminisme merupakan gerakan perempuan yang membenci laki-laki, penganut seks bebas, dan bahkan lesbian. Adapula yang menjadikan konsep feminin berlawanan dengan feminis. Seolah-olah seorang feminis tidak dapat menjadi feminine. Selain itu feminisme dilihat sebatas milik perempuan saja. Wacana feminisme sebagai arena pertikaian perempuan dan laki-laki adalah sebuah kesalahan.
Saya rasa asumsi tersebut muncul dari ketidakpahaman pada apa yang dimaksud dengan feminis, feminine, dan perempuan (jenis kelamin) sendiri. Menurut Toril Moi dalam esainya. Feminist, Female, and Feminine, Femininitas adalah karakteristik yang terbentuk secara kultural, Feminisme adalah pandangan politis dan Femaleness adalah hal biologis. Perempuan dalam konteks jenis kelamin adalah realitas biologis. Mendapat mentruasi, kemampuan untuk melahirkan dan menyusui dapat dianggap sebagai takdir, yang kurang lebih tidak dapat diubah. Sementara femininitas dan gender adalah sebuah kontruksi sosial yang diatribusi kepada perempuan. Oleh karena itu hal tersebut tidak tetap dan dapat berubah. apa yang dianggap feminine tergantung pada siapa yang mendefinisikannya, lingkungan orang-orang tersebut, dan apa yang telah mempengaruhi mereka. Sementara feminisme adalah ideology yang menyadari ketimpangan atas kontruksi itu dan mengarahkan dirinya kepada perubahan atas ketimpangan tersebut. Sehingga berkesadaran feminis yaitu kesadaran bahwa pembagian tugas perempuan dan laki-laki berdasarkan konstruksi gender bisa tidak menguntungkan perempuan termasuk juga laki-laki dan kemudian berusaha agar membuat kontruksi lebih seimbang.
Hal lain yang perlu disadari bahwa feminisme bukanlah ideology yang berdiri sendiri terlepas dari segala sesuatu yang melingkupinya. Pemikiran dan gerakan feminis lahir dengan konteks tertentu, baik budaya, interpretasi terhadap agama, ras, etnik, keadaan sejarah tertentu dan sebagainya. Sehingga bentuk-bentuk gerakan feminisme tidak bisa dipahami secara ahistoris. Pemahaman dasar atas feminisme ini penting untuk melihat lebih jelas bahwa feminisme bukan semata-mata milik perempuan. Laki-laki maupun perempuan yang menyadari adanya ketimpangan struktur pada dasarnya adalah feminis. tidak masalah jika orang tersebut tidak mau dilabeli atau melabeli diri dengan feminis. keterbukaan pemahaman atas ketimpangan dan cara apa yang dilakukannya untuk merubah hal tersebut yang menjadikannya seorang feminis.Tidak bisa dilupakan pula, Jika feminisme adalah milik laki-laki dan perempuan maka sikap patriakal juga termasuk milik laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki dapat menjadi sangat feminis dan seorang perempuan dapat menjadi sangat patriakal.
Bagi saya, dengan berpendapat bahwa sikap, perilaku, pola pikir, cara pandang, dan struktur adalah hal kultural, kita membuka potensi bagi perubahan. Jika kita tetap berpikir bahwa perempuan ‘seharusnya’ memang seperti itu dan laki-laki ‘sewajarnya’ begini atau begitu maka kita melanggengkan bahwa pandangan tersebut adalah hal alamiah yang pada akhirnya membuat kita lupa pada dasarnya hal-hal tersebut adalah kultural. kemudian seringkali menuntup pintu untuk kita berpikir kritis. Oleh karena itu, penting bagi kita secara bersama-sama, laki-laki dan perempuan untuk bersikap mendukung agar terciptanya kehidupan yang setara untuk kehidupan yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar